Ledakan di Pondok Pesantren (Ponpes) Umar Bin Khattab, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Senin (11/7) sore lalu, mulai terungkap. Aparat Kepolisian menduga ledakan tersebut merupakan bom yang tengah dirakit oleh santri setempat. Akibat ledakan bom itu , diketahui salah seorang staf pengajar yang juga Bendahara Ponpes, Ustadz Firdaus (30) asal Desa O’o, Kabupaten Dompu, tewas.
Korban tewas setelah kekurangan darah akibat luka parah di bagian pipi kanan hingga menembus tengkorak serta robek di kedua bahu. Selain Firdaus, salah seorang santri yang belum diketahui identitasnya, juga mengalami luka parah.
Wakapolres Bima Kompol Dwi Wahyudi SIK yang dikonfirmasi Suara NTB, membenarkan adanya insiden tersebut. Menurutnya, dugaan sementara, korban tewas akibat ledakan. Selain Firdaus, pihaknya mendapat informasi salah seorang santri lainnya juga mengalami luka berat. “Dugaan sementara akibat ledakan, satu tewas dan satu luka berat,” ujarnya saat ditemui di Mapolres Bima, siang kemarin.
Informasi adanya korban tewas ini telah mencuat sejak Senin malam lalu atau beberapa saat setelah warga sekitar Ponpes Umar Bin Khattab mendengar suara ledakan hebat dari dalam ponpes. Namun wara sulit melacak sumber ledakan itu, karena Ponpes Umar Bin Khatab sangat tertutup. Informasi tersebut baru diketahui setelah salah seorang keluarga korban, H Abdul Razak, memberikan keterangan kepada wartawan. Kepada wartawan, Razak tak menjelaskan secara rinci penyebab kematian Firdaus. Namun yang jelas katanya, Razak mendapat kabar dari orang tua korban, Abdulah, via telepon jika Firdaus meninggal dunia.
‘’Informasinya dari pondok (Ponpes Umar Bin Khattab), tapi saya ditelepon oleh orang tuanya,” kata Razak. Ia kemudian menjemput jenazah Firdaus, Selasa (12/7) pagi kemarin. Saat tiba di ponpes, jenazah Firdaus telah dibungkus kain kafan. Pihak ponpes, melarang pihak keluarga membuka kain kafan pembungkus jenazah Firdaus.
Sekitar pukul 11.00 Wita, jenazah Firdaus kemudian dibawa oleh pihak keluarga menggunakan angkutan umum dan diiringi oleh dua sepeda motor. Namun baru beberapa ratus meter melintas di jalan nasional tepatnya di Jembatan Desa Sanolo, rombongan ini dihadang 1 SST aparat Brimob dan belasan aparat Samapta bersenjata lengkap. Saat penghadangan dilakukan, salah seorang rombongan sempat memberikan perlawanan hingga akhirnya terpaksa dilumpuhkan oleh aparat.
Hingga akhirnya, rombongan yang jumlahnya sekitar 13 orang termasuk orang tua korban diamankan ke Mapolres dalam pengawalan ketat. Sementara jenazah Firdaus langsung dibawa ke RSUD Bima untuk di otopsi.
Pihak RSUD Bima melalui dr. Sucipto yang ditemui di ruang jenazah menjelaskan korban telah meninggal sejak kemarin. Menurut dr.Sucipto, korban meninggal karena pendarahan hebat. Berdasarkan visum, diketahui korban mengalami luka cukup parah di bagian pipi kanan luka menganga dengan kedalaman hingga menembus tengkorak.
Selain di pipi, korban juga mengalami luka robek di kedua bahu, robek di kaki kanan dan di bagian kemaluannya. Namun demikian, lanjutnya, tak ditemukan luka bakar pada jenazah korban. “Luka bakar tidak ada, kalau ada pasti rambutnya juga terbakar,” ujarnya. Oleh karenanya pihaknya belum bisa memastikan apakah itu akibat bom atau tidak. Yang jelas, luka yang dialami korban akibat benda tajam namun bukan dari senjata tajam seperti parang atau pedang. “Bisa karena besi tajam,” tuturnya.
Sementara itu, proses visum terhadap jenazah Firdaus dikawal ketat Aparat Polres Bima dibantu Polres Bima Kota. Kapolres Bima Kota AKBP Kumbul KS SIK beserta sejumlah pejabat Polres Bima Kota turun langsung memantau jalannya proses visum. Ditemui di sela-sela visum, Kumbul menjelaskan pihaknya hanya membantu Polres Bima melakukan mengamankan. “Agar proses visum bisa berjalan lancar,” katanya singkat.
Sementara, Polda NTB menurunkan tim Satgas Khusus (Satgasus) untuk menyelidiki pemicu ledakan. Dugaan sementara ledakan berasal dari bom rakitan. Namun sejauh ini polisi masih kesulitan memasuki areal Ponpes untuk olah TKP karena dihalang – halangi santri setempat.
‘’Hari ini tim dari Satgas Khusus turun ke Bima untuk menyelidiki sumber ledakan. Tapi perkiraan awal, ledakan itu berasal dari bom rakitan,” kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Drs. Sukarman Husein, Selasa 912/7) kemarin.
Sampai di Bima Satgas yang terdiri dari Direktorat Reskrim, Intelejen dan Brimob itu akan melakukan olah TKP. Sementara untuk menyelidiki ledakan, Polda NTB, bersama Tim Satgasus, ikut serta satuan teror dan jihandak bom. Namun jika pihak ponpes masih berusaha menghalangi, akan dilakukan upaya paksa untuk masuk.
Pengendalian Masyarakat (Dalmas) sebanyak dua pleton terdiri dari Brimob dan pasukan gabungan yang dibantu TNI.
Sebelumnya, ledakan bom terjadi di Ponpes milik Ustad Umar bin Khatab yang menewaskan seorang pengajar sekaligus bendahara ponpes, Firdaus. Anton menjelaskan dugaan sementara terdapat bom rakitan yang digunakan untuk menyerang polisi. "Makanya polisi ke dalam ponpes pun diusir-usir," ujar Anton.
Seperti diketahui Ponpes Umar Bin Khattab di Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima adalah tempat menuntut ilmu dari tersangka Umar Sa’ban Arahman (20), tersangka pembunuh anggota Polsek Bolo Brigadir Rochmat Saifudin.
sumber : suarantb.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar