Warung Internet

Mei 31, 2014

Agenda Jokowi dan Pendukungnya Terhadap Islam

Apakah ada alasan rasional terhadap operasi intelijen yang sedang dilakukan oleh timses Jokowi-JK yaitu memata-matai masjid-masjid seluruh Indonesia mencari kampanye hitam padahal JK adalah Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia/DMI? Padahal ada Hasyim Muzadi mantan Ketua PBNU; ada Said Asa’ad Ali Wakil Ketua Umum PBNU? Dan beberapa orang dari kalangan Islam lainnya?

Melihat daftar nama orang yang berkumpul di Poros Jokowi-JK maka kita baru bisa memahami politik di balik operasi intelijen tersebut. Kita mulai dari Jokowi.


Joko Widodo
Terpilihnya Jokowi untuk pertama kali sebagai Walikota Solo pada tahun 2005 adalah bersamaan dengan tertangkapnya gembong teroris bernama Riduan Isamuddin atau Hambali oleh CIA. Hasil intrograsi terhadap Hambali menemukan hubungan antara Hambali dengan organisasi Jemaah Islamiyah yang terkait Al Qaeda, pimpinan Abu Bakar Ba’asyir yang bermarkas ponpres Ngruki di Solo.

Temuan ini membuat dinas intelijen Amerika Serikat mendatangi Kota Solo untuk menyelidiki ponpres Ngruki pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Karena walikota saat itu adalah Jokowi maka dinas intelijen Amerika berkali-kali mengirim agennya untuk menemui Jokowi, dan ini sesuai dokumen rahasia CIA yang dibocorkan oleh Wikileaks tertanggal 7 April 2006. Adapun agen rahasia Amerika yang menemui Jokowi adalah Pierangelo dan David S. Williams dan mereka meminta Jokowi untuk mengontrol gerakan Abu Bakar Ba’asyir.

Memenuhi permintaan Amerika, Jokowi berhasil mengontrol keradikalan pengikut Abu Bakar Ba’asyir di Solo dengan mendekati sang ustad secara pribadi, dan hubungan keduanya terus berlanjut sampai Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta yang ditunjukan dengan pengiriman utusan oleh Abu Bakar Ba’asyir ke Jakarta pada tanggal 30 Januari 2013 untuk menyampaikan pesan dan nasihat kepada Jokowi, padahal saat itu Abu Bakar Ba’asyir sedang berada di penjara Nusakambangan. Jokowipun mengucapkan terima kasih atas nasihat tersebut dan menyampaikan salam.

Keberhasilan Jokowi mengontrol Abu Bakar Ba’asyir mendapat pujian dari Amerika sebagaimana bocoran kawat diplomatik dari Dubes AS di Jakarta, Cameron R. Hume kepada Pentagon yang diambil dari website Wikileaks berjudul “Solo, From Radical Hub To Tourist Heaven.” Dalam kawat diplomatik itu, Dubes AS menulis bahwa Solo sebelum 2005 adalah pusat kaum radikal Islam namun Jokowi berhasil menekan militansi ponpred Ngruki dan Islam melalui acara-acara seperti Euro-Asia World Heritage Cities Organization dan acara-acara lain.

Bisa dibilang Jokowi berjasa mengantar Abu Bakar Ba’asyir ke Nusakambangan dan atas jasa ini Amerika Serikat memberinya hadiah berupa kursi Presiden Indonesia.

Luhut Binsar Panjaitan
Keberhasilan Jokowi ini adalah salah satu faktor yang membuat Amerika memutuskan bahwa Jokowi adalah kandidat pemimpin boneka Amerika di Indonesia selanjutnya, dan untuk itu terlebih dahulu Jokowi harus “dimatangkan” dan “dipersiapkan” sebagai “calon pemimpin nasional”. Tugas membina Jokowi ini diserahkan kepada Luhut Binsar Panjaitan, anak emas Benny Moerdani, dan AM Hendropriyono, murid Benny Moerdani. 

Bukti Luhut Binsar Panjaitan merupakan anak emas kesayangan Benny Moerdani adalah sebagai berikut ini:
“Berbeda dengan panglima-panglima sebelum dan sesudahnya, Benny memang memelihara sejumlah orang yang disenanginya. “Mereka itu semacam golden boys Benny Moerdani,” kata Schwarz. Salah satu yang dikenal sebagai “anak emas” itu adalah Luhut Binsar Panjaitan.”

- Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi, Serangkaian Kesaksian, halaman 343
Untuk menutupi kegiatan operasi intelijen ketika menggarap/membina Jokowi maka tahun 2008 Luhut Binsar Panjaitan membuat sebuah usaha patungan dengan Jokowi bernama PT Rakabu Sejahtera, di mana dalam Akta Pendirian disebutkan bahwa modal awal pendirian perusahaan berasal Luhut sebesar Rp. 15,5miliar dan anak Jokowi bernama Gibran Rakabuming Raka (saat itu berusia 20 tahun) “menyetor” Rp. 19.2miliar. Ini tentu temuan yang sangat luar biasa karena menunjukan anak Jokowi memiliki uang sebesar Rp. 19,2miliar untuk membangun perusahaan dengan Luhut Panjaitan, padahal tahun lalu dia mengatakan kesulitan mencari modal Rp. 1miliar untuk membangun usaha katering (anak Jokowi pelihara tuyul?). Setelah Jokowi menjadi Gubernur DKI, secara “kebetulan” gedung milik “tempat usaha” patungan Jokowi-Luhut di Solo kebakaran.

Goenawan Mohamad
Sebagai persiapan membawa Jokowi ke panggung nasional maka dibuatlah serangkaian operasi intelijen untuk membangun citra palsu Jokowi sebagai pemimpin muda terbaik negeri ini, antara lain membuat Jokowi meraih suara sampai 90,09% pada pilkada Solo tahun 2010; mendekatkan Jokowi dengan Esemka, proyek milik BPPT dan Kementerian Pendirikan; merubah cerita riwayat hidup Jokowi dari anak keluarga orang kaya dan juragan tanah yang berayah pengusaha kayu menjadi anak orang tukang kayu miskin yang tinggal di bantara kali dan tiga kali mengalami penggusuran; dan lain sebagainya.

Akhirnya ketika saatnya tiba untuk melontarkan Jokowi ke panggung nasional dipilihlah Tempo, media massa milik Goenawan Mohamad, didikan Ivan Kats, agen CIA ketika Amerika sedang berusaha mengalahkan komunisme di Indonesia melalui pendekatan kebudayaan yang bekerja di Congress for Cultural Freedom/CCF yang dibentuk di Berlin oleh CIA pada 1950 dan dipimpin oleh Michael Josselson, agen CIA. Kedekatan antara Ivan Kats dengan Goenawan Mohamad digambarkan sebagai berikut:

“Para periode inilah, awal 1960an, Kats membangun hubungan dengan simpatisan PSI dari generasi yang lebih muda ini, khususnya Goenawan Mohamad, yang kelak menjadi salah seorang tokoh paling berpengaruh dalam mengokohkan liberalisme barat dalam kebudayaan kontemporer Indonesia.”

- Wijaya Herlambang, Kekerasan Budaya Pasca 1965, halaman 79
Tampaknya sampai hari ini Goenawan Mohamad masih menjadikan CIA sebagai salah satu sumber keuangannya dengan bekerja untuk kepentingan-kepentingan Amerika di Indonesia, sebagaimana ditemukan Wijaya Herlambang berikut ini:

“…Ketika mendirikan ISAI pada 1995, Goenawan juga menghadap orang-orang Amerika itu untuk mendapatkan bantuan keuangan. Dibantu oleh Arief Budiman, yang memperkenalkannya kepada Mark Johnson, Kepala Program USAID [samaran bagi Divisi pendanaan CIA], Goenawan mengajukan proposal pendirian ISAI [Institut Studi Arus Informasi]. Johnson setuju memberikan sekitar AS$ 100,000-200,000 untuk kegiatan selama dua atau tiga tahun..”

- Wijaya Herlambang, halaman 242
“Sebagaimana hampir semua institusi yang berasosiasi dengan KUK [Komunitas Utan Kayu], JIL [Jaringan Islam Liberal] juga menerima dukungan keuangan dari organisasi-organisasi filantropi yang berbasis di AS. Salah satunya adalah The Asia Foundation [terkait USAID] yang berkomitmen menyediakan dana sekitar AS 150,000/tahun..”

“Pada tanggal 17 Oktober 2008, sebuah institusi kebudayaan yang merupakan “anak termuda” KUK, Komunitas Salihara, secara resmi dibuka…Kompleks berbiaya Rp. 17,5miliar ini dibangun dengan dukungan finansial dari beberapa institusi seperti: Prince Claud Fund, Ford Foundation, Erasmus Huis, Japan Foundation, Hivos, Goethe Institute, serta kedutaan AS, Finlandia, Belanda dan Pusat Kebudayaan Prancis.”

- Wijaya Herlambang, halaman 245
Peran Tempo dalam mengangkat Jokowi ke panggung nasional terbukti dari fakta bahwa Tempo adalah majalah yang pertama kali mengulas kehebatan Jokowi dan visionernya Jokowi terkait proyek yang akan menjadi cikal bakal mobil nasional bernama Esemka dengan hasil sukses besar sebab Jokowi segera menjadi fenomena baru di Indonesia dan siap ke batu pijakan pertama menuju panggung nasional: pilkada Jakarta untuk memilih Gubernur.

Terkait Goenawan Mohamad sahabat baik George Soros yang mau menghapus budaya dan agama “barbar” di Indonesia untuk diganti dengan filosofi “free society” ala Soros itu kita semua sudah tahu bahwa Jaringan Islam Liberal/JIL yang dianggap sebagai kanker bagi umat Islam Indonesia karena bermaksud merusak akidah adalah bagian dari KUK yang didirikan GM atas biaya asing.

Dai Bacthiar
Selain itu Da’i Bachtiar, mantan Kapolri yang membentuk Densus 88 yang memiliki tugas anti teror adalah anggota timses Jokowi. Apa hubungannya? Karena walaupun di atas kertas Densus 88 adalah pasukan anti teroris yang artinya teroris berlatar belakang agama; suku; ras; golongan apapun, namun karena Densus 88 dilatih dan didanai oleh Amerika dan Australia maka mereka menjalankan agenda anti teroris versi Amerika-Australia yaitu teroris muslim. Ini bukan omong kosong, sebab faktanya bila target Densus 88 adalah muslim maka negara barat akan diam, sekalipun teroris ditembak mati; namun bila teroris adalah dari Organisasi Papua Merdeka atau Republik Maluku Selatan maka Amerika dan sekutunya akan melakukan protes sekalipun ditangkap hidup-hidup seperti Iwangin Sabar Olif (OPM) dan Yusuf Sipakoly (RMS).

Atas prestasinya menggulung para teroris versi Amerika-Australia tersebut, Da’I Bachtiar menerima gelar professor bidang keamanan dan anti teror sebanyak dua kali dari Edith Cowan University, Australia. Dengan adanya profesor anti teror dalam timses Jokowi-JK maka apakah kita heran dengan operasi intelijen ke masjid-masjid oleh timses Jokowi-JK mengingat SOP dari Densus 88 juga adalah memata-matai khotbah dan masjid? SOP ini sempat diprotes oleh banyak kalangan muslim.

Said Asad Ali
Selain Luhut Panjaitan; Hendropriyono; dan Jokowi; ada satu lagi anggota timses Jokowi yang mempunyai hubungan erat dengan Abu Bakar Ba’asyir sebagaimana bocoran wikileaks, yaitu Said A’sad Ali, mantan Waka BIN dan Waketum PBNU incumbent, sebab terbukti bahwa pengacara yang digunakan Abu Bakar Ba’ayir adalah orang binaan Said A’sad Ali untuk memata-matai Ba’asyir:

“5. (S/NF) State Intelligence Agency (BIN) Chairman Yahya Asagaf told us that he had met one of Jemaah Islamiyah Emir Abu Bakar Ba’asyir’s lawyers in the office of BIN Deputy Chief A’sat. Yahya claimed the lawyer — an ethnic Arab named Al-Waini (phonetic) — was “As’at’s man,” implying that Al-Waini provided inside information to As’at.”

AM Hendropriyono
Profesor intelijen sekaligus mantan Ketua BIN yang tidak asing dengan kekerasan berdarah karena dia adalah komandan pembantaian rakyat Talangsari Lampung dan pada masa Presiden Megawati, dia bersama Said A’sad Ali merancang operasi intelijen untuk membunuh Munir. Sejak menerima perintah dari Benny Moerdani untuk melindungi Megawati, AM Hendropriyono telah melaksanakan tugas dengan baik.

Mewarisi ajaran Benny Moerdani, sebagai Kepala BIN, AM Hendropriyono termasuk yang mendukung operasi militer di Aceh serta secara aktif memberikan landasan bagi pentingnya pelaksanaan operasi militer tersebut (selengkapnya bisa dibaca di http://www.hendropriyono.com/2012/10/perlukah-operasi-keamanan-di-aceh/ ). Korban operasi militer oleh Presiden Megawati itu adalah 2.000 orang terbunuh dan sebagian besar korban yang jatuh adalah rakyat sipil.

Sampai hari ini rakyat sipil Aceh masih mengingat Megawati dan PDIP dengan penuh kebencian karena mereka menjadi korban operasi militer terbesar di Indonesia sejak operasi Seroja di Timor Timur.

CSIS
Secara formal CSIS didirikan oleh Jusuf Wanandi; Sofjan Wanandi; Hoemardani; Ali Moertopo dan Harry Tjan Silalahi; namun ada satu nama pendiri lagi yang disembunyikan, yaitu Pater Beek, agen CIA yang ditempatkan di Indonesia untuk membangun perlawanan terhadap komunis. Setelah komunis jatuh, Pater Beek menggunakan teori lesser evil menilai bahwa Islam sebagai kekuatan yang berpotensi melawan hegemoni Amerika sehingga harus dikalahkan (selengkapnya bisa dibaca di tulisan George Junus Aditjondro, mantan murid Pater Beek, berjudul CSIS, Pater Beek SJ, Ali Moertopo dan LB Moerdani).

Benny Moerdani orang yang mendidik Hendropriyono dan Luhut Panjaitan adalah anak didik Ali Moertopo dan merupakan anggota CSIS. Ketika Benny menjadi Panglima ABRI adalah masa kebijakan deislamisasi Indonesia sedang digalakan oleh CSIS dan Benny sendiri, dan hal ini diakui oleh Dipo Alam, Sekretaris Kabinet melalui akun Twitternya hari ini:

“Mudah-mudahan era seperti dulu ketika Jenderal Benny Moerdani berkuasa dengan inteli khotbah masjid-masjid, main hantam dan tangkap, berakhir.”

Benny Moerdani dan CSIS tentu saja adalah perancang berbagai kerusuhan di Indonesia menjelang dan sesudah Sidang Umum MPR 1998 dan berbagai ledakan bom di Jakarta sejak tahun 1997 sampai 1998, terbukti dari isi email yang ditemukan di lokasi ledakan Bom Tanah Tinggi yang meledak karena tidak dirakit dengan baik:

“Kawan-kawan yang baik! Dana yang diurus oleh Hendardi belum diterima, sehingga kita belum bisa bergerak. Kemarin saya dapat berita dari Alex bahwa Sofjan Wanandi dari Prasetya Mulya akan membantu kita dalam dana, di samping itu bantuan moril dari luar negeri akan diurus oleh Jusuf Wanandi dari CSIS. Jadi kita tidak perlu tergantung kepada dana yang diurus oleh Hendardi untuk gerakan kita selanjutnya.”
(Selengkapnya bisa dibaca di sini: http://m.kompasiana.com/post/read/658823/1/dalang-kerusuhan-mei-1998-mendukung-jokowi.html ).

Penutup
Apakah masih ada keraguan bahwa pengintaian masjid oleh Jokowi dan tim suksesnya adalah bukan kejadian pertama dan dapat dipastikan bukan yang terakhir? Posisi JK dalam Koalisi Jokowi-JK juga bukan sebagai representasi umat Islam, melainkan perwakilan kelompok usahanya, Bukaka-Bosowa-Kalla karena JK sudah membayar Rp. 10trilyun untuk bisa menjadi cawapres Jokowi. Silakan berpikir bagi yang bisa berpikir; silakan melihat bagi yang bisa melihat; dan silakan merenungi bagi yang masih menggunakan akal sehatnya.

Sumber : http://politik.kompasiana.com/2014/05/31/agenda-jokowi-dan-pendukungnya-terhadap-islam-661586.html
Editor : onco Gamankz 

Photobucket 
  Photobucket 
  Photobucket

Ditulis Oleh : satbrimob Polda NTBOnco Ngeblog

Artikel Agenda Jokowi dan Pendukungnya Terhadap Islam ini diposting oleh satbrimob Polda NTB pada hari Mei 31, 2014. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

:: Get this widget ! ::

Tidak ada komentar: