Warung Internet

Januari 07, 2013

Dari Barat ke Timur, Dari Aceh ke Bima, Teror Tak Kunjung Padam

Pengungkapan terduga  pelaku teror yang dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror pada Jumat dan Sabtu (4-5/1) di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukan jika para pelaku teror masih saja  terkait dengan tokoh dan kasus teror yang telah diungkap sebelumnya.

Dalam pengungkapan yang menyebabkan tujuh terduga teroris tewas dan  empat orang ditangkap itu terungkap jika meski mereka adalah “muka baru” dan beroperasi di Poso dan Bima, jaringan ini ternyata juga terkait dengan kasus latihan teror di Aceh yang telah terjadi sejak Januari 2010  lalu.


Lalu bagaimana rekam jejak mereka dalam kasus-kasus teror di tanah air?

“Ya begini ini, mereka saling mengait dan terkait satu dengan yang lain dengan pemain-pemain lama, meskipun mereka yang kita tindak saat ini itu  adalah wajah-wajah baru dalam kasus baru,“ kata seorang penyidik Densus 88/Antiteror yang meminta tak disebutkan namanya saat dihubungi Minggu (06/01).

Sumber tersebut menceritakan jika Ahmad Khalil alias Hasan alias Kholid yang lahir di Palopo, 27 Juli 1977, pegawai swasta, yang beralamat di  Maros dan tertembak mati dalam penyergapan di halaman belakang RS  Wahidin, Makasar  pada Jumat (04/01), lalu adalah salah satu peserta lulusan kamp teror di Aceh.

Seperti diketahui beberapa “nama besar” terseret dalam kasus kamp teror  di Aceh itu. Misalnya saja pendiri Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir yang kini menjalani masa pemidanaan, Mustofa alias Abu Tholut  yang kini juga menjalani masa pemidanaan, dan juga Dulmatin yang telah  tewas ditembak Densus 88/Antiteror.

Usai dari Aceh, Hasan ini juga sempat menyembunyikan Sigboh di sebuah  gubuk di kebun sayur di Poso dan juga Abu Omar, sebelum Abu Omar ditangkap.

Hasan juga menggelar pelatihan para militer di wilayah Sulawesi Selatan.  Dia juga ikut dalam melindungi mereka yang terlibat di dalam upaya  pengeboman Gubernur Sulsel Yasin Limpo yang gagal pada November 2012  lalu dan menyerahkan pistol ke Awaluddin.


Awaluddin telah ditangkap masyarakat dan diamankan  polisi setelah bom  yang dia lemparkan ke Yasin Limpo gagal meledak. Saat  kejadian, Yasin Limpo tengah berpidato di panggung di depan Monumen  Mandala Pembebasan  Irian Barat di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar dalam acara   memperingati HUT ke-48 Partai Golkar.

Selain Hasan, seperti diberitakan, dalam penyergapan di Makassar pada  Jumat (4/1) itu juga menyebabkan Asmar alias Abu Uswah tewas di ujung  bedil aparat Densus 88/Antiteror. Saat itu lelaki kelahiran Palopo, 31  Mei 1978 ini ditembak karena menurut petugas tidak mau menyerah.

Abu Uswah dituduh polisi sebagai otak yang memerintahkan pembunuhan  Yasin Limpo, terlibat pelatihan para militer di Mambi, Walenrang, dan  Poso. Dia juga ikut dalam aksi pembunuhan dua anggota Polres Poso pada  Oktober 2012 lalu.

”Abu Uswah ini juga buron dalam kasus kerusuhan Mambi,” kata sumber  tersebut yang menambahkan kerusuhan Mambi terjadi pada 2005 lalu antara  massa yang pro dengan massa yang kontra terkait pemekaran wilayah dan  menyebabkan lima nyawa melayang.

Selain dua orang ini, Densus 88/Antiteror juga melumpuhkan lima orang  terduga teroris di  Bima. Mereka ini telah lari dari Makassar ke Bima. Dua orang telah dipastikan sebagai Iman alias Roi dan Bachtiar yang  ditembak mati di Dompu, NTB pada Jumat (04/01).

Sedangkan dari tiga terduga teroris yang ditembak mati pada Sabtu (05/01) di Kebon Kacang, Kelurahan Kandai, Dompu, baru satu yang diidentifikasi sebagai Andi Brekele.

Roi yang asal Makassar diyakini juga terlibat kasus bom Yasin Limpo, terlibat pelatihan militer di Sulsel, membeli bahan-bahan pembuat bom, juga merencanakan aksi teror di Sulsel dan Bima.

Sedangkan Bachtiar yang berasal dari Bima diduga terlibatan pelatihan  para militer di Bima, mengetahui perencanaan aksi teror, dan  menyembunyikan buron. Dari tangan kedunya disita dua buah senjata api  pendek jenis Revolver dan FN rakitan.

Ini Peran 4 Pelaku Yang Ditangkap Hidup

Selain tujuh terduga teroris yang tewas tersebut, ada empat terduga  teroris yang ditangkap hidup di sejumlah tempat yang berbeda di Makassar  pada Jumat (4/1).

Mereka adalah Arbain Yusuf, lahir di Kediri, 10 Oktober 1982, yang  terlibat dalam kelompok Abu Uswah, membeli bahan-bahan pembuat bom,  mengetahui persembunyian buron polisi, dan mengetahui perencanaan aksi  teror di Makassar.

Juga ditangkap Thamrin P alias Muhammad Thamrin, kelahiran Sangkala, 16 Agustus 1972. Thamrin yang sehari-hari berprofesi sebagai petani di  Bulukumba, Sulsel ini juga direkrut oleh Abu Uswah, mengetahui  persembunyian buron, dan bersama Arbain membeli bahan-bahan pembuat  bahan peledak.

Lalu, juga ada Syarifudin yang merupakan penyandang dana aksi teror di  wilayah Sulsel, menampung para buron dirumahnya, mengetahui perencanaan  aksi teror di Sulsel, dan memfasilitasi pelatihan militer di wilayah  Sulsel.

Sedangkan yang terakhir adalah  Fadli yang lahir di Kalosi, pada 26 Juni  1989 dan beralamat di Enrekang. Fadli terlibat dalam jaringan Abu  Uswah, mengetahui keberadaan para buron dan aksi teror di Sulsel dan  terlibat pelatihan militer.

Laskar Jundullah Sulsel

Lalu, siapa Abu Uswah yang bisa merekrut banyak anak muda di Sulsel ini?


Ali Fauzi, adik tiri Amrozi, pelaku Bom Bali 2002, punya jawaban. Mantan  anggota Komite Penanggulangan Krisis (Kompak) Ambon ini menceritakan  jika dia mengenal Abu Uswah secara pribadi saat mereka berdua masih  aktif mengangkat senjata untuk berjihad di Ambon pada 1998.

”Saya bersentuhan dengan Abu Uswah kurang lebih 2,5 tahun di Ambon.  Waktu itu dia termasuk pimpinan Laskar Jundullah yang berangkat dari Makassar ke Ambon. Jadi saya tidak terlalu kaget kalau sampai sekarang  pun dia masih terus aktif di dalam jaringan lama dengan wajah-wajah baru ini,” katanya.

Beberapa orang anggota Laskar Jundullah masih menjalani masa pemidanaan  karena konflik Ambon hingga kini. Salah satunya adalah Fatur Datu Armen  alias Syamsudin yang di vonis hukuman penjara seumur hidup.

”Kalau namanya saya sudah lupa karena di Ambon orang sering  berganti-ganti nama, tapi kalau wajahnya, mungkin saya ingat,” kata  Fatur saat ditanya tentang Abu Uswah.

Nama Laskar Jundullah juga kembali muncul pada 2001 lalu saat dua bom  meledak di dua bangunan milik Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden, di Makassar yang menewaskan 3 orang dan melukai 14 orang lainnya.

Sumber : beritasatu.com
Editor : onco gamankz


Photobucket 
  Photobucket 
  Photobucket

Ditulis Oleh : satbrimob Polda NTBOnco Ngeblog

Artikel Dari Barat ke Timur, Dari Aceh ke Bima, Teror Tak Kunjung Padam ini diposting oleh satbrimob Polda NTB pada hari Januari 07, 2013. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

:: Get this widget ! ::

Tidak ada komentar: