Pengungkapan terduga pelaku teror yang dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror pada Jumat dan Sabtu (4-5/1) di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukan jika para pelaku teror masih saja terkait dengan tokoh dan kasus teror yang telah diungkap sebelumnya.
Dalam pengungkapan yang menyebabkan tujuh terduga teroris tewas dan empat orang ditangkap itu terungkap jika meski mereka adalah “muka baru” dan beroperasi di Poso dan Bima, jaringan ini ternyata juga terkait dengan kasus latihan teror di Aceh yang telah terjadi sejak Januari 2010 lalu.
Lalu bagaimana rekam jejak mereka dalam kasus-kasus teror di tanah air?
“Ya begini ini, mereka saling mengait dan terkait satu dengan yang lain dengan pemain-pemain lama, meskipun mereka yang kita tindak saat ini itu adalah wajah-wajah baru dalam kasus baru,“ kata seorang penyidik Densus 88/Antiteror yang meminta tak disebutkan namanya saat dihubungi Minggu (06/01).
Sumber tersebut menceritakan jika Ahmad Khalil alias Hasan alias Kholid yang lahir di Palopo, 27 Juli 1977, pegawai swasta, yang beralamat di Maros dan tertembak mati dalam penyergapan di halaman belakang RS Wahidin, Makasar pada Jumat (04/01), lalu adalah salah satu peserta lulusan kamp teror di Aceh.
Seperti diketahui beberapa “nama besar” terseret dalam kasus kamp teror di Aceh itu. Misalnya saja pendiri Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir yang kini menjalani masa pemidanaan, Mustofa alias Abu Tholut yang kini juga menjalani masa pemidanaan, dan juga Dulmatin yang telah tewas ditembak Densus 88/Antiteror.
Usai dari Aceh, Hasan ini juga sempat menyembunyikan Sigboh di sebuah gubuk di kebun sayur di Poso dan juga Abu Omar, sebelum Abu Omar ditangkap.
Hasan juga menggelar pelatihan para militer di wilayah Sulawesi Selatan. Dia juga ikut dalam melindungi mereka yang terlibat di dalam upaya pengeboman Gubernur Sulsel Yasin Limpo yang gagal pada November 2012 lalu dan menyerahkan pistol ke Awaluddin.
Awaluddin telah ditangkap masyarakat dan diamankan polisi setelah bom yang dia lemparkan ke Yasin Limpo gagal meledak. Saat kejadian, Yasin Limpo tengah berpidato di panggung di depan Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar dalam acara memperingati HUT ke-48 Partai Golkar.
Selain Hasan, seperti diberitakan, dalam penyergapan di Makassar pada Jumat (4/1) itu juga menyebabkan Asmar alias Abu Uswah tewas di ujung bedil aparat Densus 88/Antiteror. Saat itu lelaki kelahiran Palopo, 31 Mei 1978 ini ditembak karena menurut petugas tidak mau menyerah.
Abu Uswah dituduh polisi sebagai otak yang memerintahkan pembunuhan Yasin Limpo, terlibat pelatihan para militer di Mambi, Walenrang, dan Poso. Dia juga ikut dalam aksi pembunuhan dua anggota Polres Poso pada Oktober 2012 lalu.
”Abu Uswah ini juga buron dalam kasus kerusuhan Mambi,” kata sumber tersebut yang menambahkan kerusuhan Mambi terjadi pada 2005 lalu antara massa yang pro dengan massa yang kontra terkait pemekaran wilayah dan menyebabkan lima nyawa melayang.
Selain dua orang ini, Densus 88/Antiteror juga melumpuhkan lima orang terduga teroris di Bima. Mereka ini telah lari dari Makassar ke Bima. Dua orang telah dipastikan sebagai Iman alias Roi dan Bachtiar yang ditembak mati di Dompu, NTB pada Jumat (04/01).
Sedangkan dari tiga terduga teroris yang ditembak mati pada Sabtu (05/01) di Kebon Kacang, Kelurahan Kandai, Dompu, baru satu yang diidentifikasi sebagai Andi Brekele.
Roi yang asal Makassar diyakini juga terlibat kasus bom Yasin Limpo, terlibat pelatihan militer di Sulsel, membeli bahan-bahan pembuat bom, juga merencanakan aksi teror di Sulsel dan Bima.
Sedangkan Bachtiar yang berasal dari Bima diduga terlibatan pelatihan para militer di Bima, mengetahui perencanaan aksi teror, dan menyembunyikan buron. Dari tangan kedunya disita dua buah senjata api pendek jenis Revolver dan FN rakitan.
Ini Peran 4 Pelaku Yang Ditangkap Hidup
Selain tujuh terduga teroris yang tewas tersebut, ada empat terduga teroris yang ditangkap hidup di sejumlah tempat yang berbeda di Makassar pada Jumat (4/1).
Mereka adalah Arbain Yusuf, lahir di Kediri, 10 Oktober 1982, yang terlibat dalam kelompok Abu Uswah, membeli bahan-bahan pembuat bom, mengetahui persembunyian buron polisi, dan mengetahui perencanaan aksi teror di Makassar.
Juga ditangkap Thamrin P alias Muhammad Thamrin, kelahiran Sangkala, 16 Agustus 1972. Thamrin yang sehari-hari berprofesi sebagai petani di Bulukumba, Sulsel ini juga direkrut oleh Abu Uswah, mengetahui persembunyian buron, dan bersama Arbain membeli bahan-bahan pembuat bahan peledak.
Lalu, juga ada Syarifudin yang merupakan penyandang dana aksi teror di wilayah Sulsel, menampung para buron dirumahnya, mengetahui perencanaan aksi teror di Sulsel, dan memfasilitasi pelatihan militer di wilayah Sulsel.
Sedangkan yang terakhir adalah Fadli yang lahir di Kalosi, pada 26 Juni 1989 dan beralamat di Enrekang. Fadli terlibat dalam jaringan Abu Uswah, mengetahui keberadaan para buron dan aksi teror di Sulsel dan terlibat pelatihan militer.
Laskar Jundullah Sulsel
Lalu, siapa Abu Uswah yang bisa merekrut banyak anak muda di Sulsel ini?
Ali Fauzi, adik tiri Amrozi, pelaku Bom Bali 2002, punya jawaban. Mantan anggota Komite Penanggulangan Krisis (Kompak) Ambon ini menceritakan jika dia mengenal Abu Uswah secara pribadi saat mereka berdua masih aktif mengangkat senjata untuk berjihad di Ambon pada 1998.
”Saya bersentuhan dengan Abu Uswah kurang lebih 2,5 tahun di Ambon. Waktu itu dia termasuk pimpinan Laskar Jundullah yang berangkat dari Makassar ke Ambon. Jadi saya tidak terlalu kaget kalau sampai sekarang pun dia masih terus aktif di dalam jaringan lama dengan wajah-wajah baru ini,” katanya.
Beberapa orang anggota Laskar Jundullah masih menjalani masa pemidanaan karena konflik Ambon hingga kini. Salah satunya adalah Fatur Datu Armen alias Syamsudin yang di vonis hukuman penjara seumur hidup.
”Kalau namanya saya sudah lupa karena di Ambon orang sering berganti-ganti nama, tapi kalau wajahnya, mungkin saya ingat,” kata Fatur saat ditanya tentang Abu Uswah.
Nama Laskar Jundullah juga kembali muncul pada 2001 lalu saat dua bom meledak di dua bangunan milik Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden, di Makassar yang menewaskan 3 orang dan melukai 14 orang lainnya.
Sumber : beritasatu.com
Editor : onco gamankz



Tidak ada komentar:
Posting Komentar