
Bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikra Markas Kepolisian Resort Cirebon Kota (Mapolres Ciko), Jumat (15/4) sekira pukul 12.15 WIB merupakan modus baru aksi terorisme.
Data yang berhasil dihimpun Kabar Cirebon, meski secara tegas pihak kepolisian belum mengungkapkan identitas pelaku, namun beredar kabar pelaku bom bunuh diri tersebut diduga berinisial Ag. Selain wajah pelaku cukup familier, beredar isu pula pelaku kerap mengikuti sejumlah aksi demo di Wilayah Cirebon.
Sumber lain di kepolisian, menyebutkan, bom bunuh diri yang terjadi di Mapolres Ciko diduga kuat berkaitan dengan beberapa penanganan kasus serta kebijakan yang diterapkan di Polres Ciko. Terlebih dalam beberapa aksi penangkapan kelompok bercadar yang kerap melakukan aksi penyerangan terhadap warung-warung miras, Polres Ciko sempat mengamankan beberapa bukti berupa laptop dan data lainnya terkait aktivitas terorisme di wilayah Cirebon.
"Saat ada penangkapan beberapa kelompok yang kerap melakukan razia dan pengrusakan miras, beberapa alat bukti juga sempat diamankan kepolisian, seperti laptop yang berisi data dan aktivitas jaringan terorisme. Sehingga saya menduga kemungkinan besar, ini adalah aksi balas dendam kelompok-kelompok tertentu," ujarnya.
Ketua Garda Bangsa Jawa Barat, HM. Sidkon Djamphi juga menilai aksi bom bunuh diri di Polres Ciko terkait dengan beberapa kebijakan atau penanganan kasus. Pasalnya, kejadian tersebut terbilang modus baru dan sasarannya berubah dari bom-bom lainnya di Indonesia.
"Saya melihat ini erat kaitannya dengan kebijakan serta penanganan kasus yang ada di Polres Ciko. Dan ini adalah tamparan bertubi-tubi. Selain menampar umat Islam di seluruh dunia karena terjadi pas salat Jumat, aksi ini juga tamparan bagi institusi negara dan masyarakat Cirebon," paparnya.Sehingga alasan apapun kasus ini harus diusut tuntas karena telah mencoreng dan menghina umat Islam.
Dugaan lain, adanya unsur kesengajaan bom bunuh diri membidik para petinggi di Mapolres Ciko. Hal ini terlihat dari fakta-fakta, sebelum melakukan bunuh diri, pelaku berada di shaf paling belakang dan baru masuk ke shaf kedua saat iqomat.
Hal tersebut diungkapkan salah seorang saksi mata Ajun Komisaris Polisi, Try Silayanto yang sempat duduk bersebelahan dengan pelaku.Menurut Try, saat khutbah Jumat berlangsung, pelaku dan dirinya berada berjejeran di barisan belakang. Namun pelaku tidak duduk menghadap ke arah mimbar melainkan ke arah jemaah lainnya.
"Saya sempat curiga, karena saya tahu biasanya yang melakukan salat Jumat di sana kebanyakan anggota, jadi begitu melihat orang asing saya sempat curiga. Apalagi dia duduk menghadap ke arah jemaah lain seperti tengah mencari seseorang. Mungkin saat itulah ia mengawasi para petinggi di Polres Ciko," ujarnya.
Teror Bom
Try juga mengungkapkan, saat iqomat pelaku langsung merangsek ke barisan depan dan saat takbiratul ihram itulah terjadinya ledakan."Kondisi masjid saat itu gelap gulita, telinga saya juga serasa tidak mendengar. Namun setelah pulih itulah saya kemudian membopong Pak Kapolres keluar," paparnya.
Berbagai dugaan terkait motif bom bunuh diri memang terus berkembang. Tak sedikit yang menduga aksi bom bunuh ini bagian dari teror bom di Kota Cirebon. Terlebih, dari jenis bom, ada kesamaan dengan bom yang gagal meledak di Masjid Agung Sang Cipta Rasa tanggal 26 Pebruari 2010 lalu.
Jenis bom yang meledak di Mapolres Ciko, ditemukan banyak paku dan baut. Hal tersebut diperkuat dari luka-luka para korban yang sebagian besar terluka akibat paku dan baut yang menempel.
Kesamaan bom juga diperkuat dari keterangan Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhan, PRA. Arief Natadingrat. "Waktu penemuan bom di Masjid Agung Sang Cipta Rasa 26 Desember 2010, isinya paku, pecahan beling. Beruntung ketika ditemukan pemicunya belum aktif. Itu sama dengan isi bom di masjid Mapolresta," kata Arief yang dihubungi terpisah.
Bahkan, saat itu dirinya langsung mengirimkan surat ke Kapolres Ciko agar ditindaklanjuti dan lebih waspada. Pada 30 Desember, Kapolresta mengirim surat balasan yang menyebutkan akan menindaklanjuti dan mewaspadai. "Eh, ternyata bom malah meledak di masjid Mapolres Ciko. Tentu saya mengecam keras aksi ini.
Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, mengaku belum bisa memastikan motif aksi bom bunuh diri tersebut. "Nanti akan ada laporan perkembangannya seperti apa. Sekarang ini kami belum bisa menyampaikan apapun motif bom bunuh diri tersebut serta jenis bom yang digunakan. Jadi saya harap rekan-rekan wartawan bersabar," ujarnya.
Dikatakan Timur, kasus ledakan bom tersebut hingga kini masih dalam proses penyelidikan dan penyidikan. Sehingga untuk sementara pihaknya hanya bisa menyampaikan jumlah korban serta kronologis ledakan.
Sangat Biadab
Gubernur Jawa Barat, H. Ahmad Heryawan yang datang ke Mapolres Ciko sekira pukul 20.00 WIB dan sekaligus mengunjungi Kapolres Ciko Ajun Komisaris Besar Polisi Herukoco di RS. Pertamina Cirebon, saat dimintai komentarnya terkait bangkitnya jaringan terorisme di Jawa Barat, mengaku belum menemukan indikasi tersebut. Setiap saat pihak keamaanan terus melakukan antisipasi terkait bangkitnya jaringan terorisme.
Heryawan juga membantah jika bom bunuh diri tersebut dikaitkan dengan pelarangan terhadap aliran Ahmadiyah. Pasalnya, dari hasil pertemuannya dengan Kapolda Jabar, Inspektur Jenderal Polisi Suparni Parto menyebutkan belum ada indikasi mengarah kesana. "Namun yang jelas untuk urusan teknis terkait berbagai kemungkinan motif pelaku, semuanya menjadi kewenangan kepolisian," ujarnya.
Heryawan juga menambahkan, atas alasan apapun, aksi tersebut sangat biadab dan ia mengecam keras bom bunuh diri tersebut.
"Kita harus kembali menggelorakan berbagai aksi pengamaman seperti menggiatkan kamtibnas atau kegiatan-kegiatan pengamanan lain di masyarakat," ujarnya. Anggota DPR RI, Herman Khaeron, mengatakan, aksi ini harus diusut tuntas karena telah melecehkan institusi negara dan umat Islam. "Saya mengecam keras tindakan ini. Sangat biadab dan ini pelajaran bagi kita semua agar lebih berhati-hati," ujarnya.
Aksi bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikra Polres Ciko tersebut memakan korban cukup banyak. Tercatat 30 orang menjadi korban termasuk Kapolres Cirebon Kota, Ajun Komisaris Besar Polisi, Herukoco yang mengalami luka serius di bagian punggung. Kini, orang nomor satu di Polres Ciko itu dirawat secara intensif di RS. Pertamina. Dalam ledakan tersebut satu orang tewas yakni pelaku bom bunuh diri.
Dari 30 korban tersebut 24 anggota polisi, tiga orang PNS Polres Ciko, dua orang sipil, dan satu tenaga honor. Tercatat, dari jumlah korban tersebut, enam luka parah dan lainnya luka ringan. Sebanyak 20 orang dirawat di RS. Pelabuhan, dua korban dirawat di RS. Pertamina dan satu korban lainnya dirawat di RSUD Gunung Jati
.
Hingga berita ini ditulis pukul 01.10 WIB, Sabtu (16/4), delapan korban diperbolehkan pulang sedangkan 22 korban lainnya masih dirawat secara intensif. Sementara itu, setelah berjam-jam berada di Mapolres Cirebon Kota, jasad pelaku bom bunuh diri dibawa ke RS Polri Dr Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Jenazah dibawa sekitar pukul 16.23 WIB. (Tim "KC")
Sumber : kabar-cirebon.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar